Wednesday, November 17, 2010

Tiga Kata Sakti yang Membuat Dunia Lebih Ramah


Saya yakin kita semua sudah mengenal tiga kata sakti ini sedari kecil namun kurang memperhatikan pengaruh dari ketiganya setelah dirapal *memangnya mantera* yaitu kemudahan dalam urusan, mendapat senyuman tulus, menjadi “pemenang” dalam perdebatan dan yang paling penting adalah menjadi pribadi yang menyenangkan.


Apa saja sih tiga kata sakti tersebut?

Mendapat jawabannya sih mudah tapi menggunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa memilih-milih siapa yang akan menerima kata-kata tersebut, itulah tantangan sebenarnya!
Jika anda tidak pernah mengucapkan tiga kata-kata itu kepada pembantu di rumah, saudara-saudara kandung, pengamen di bus, penjaga tol, sopir pribadi, guru bahkan bos anda di kantor, dapat dipastikan anda akan merasa jengah dan malu menatap orang yang anda beri salah satu kata tersebut ketika mulai menggunakanya.

Namun tidak biasa bukan berarti tidak bisa jadi sebaiknya selalu digunakan sehingga menjadi kebiasaan. Baiklah, kita mulai mengucapkan tiga kata sakti ini satu persatu :

1. Permisi : kata ini biasanya digunakan jika akan meminta izin orang lain untuk melakukan suatu tindakan contohnya meminta izin lewat di depan orang, mengganti topik pembicaraan dengan orang lain, meminjam sesuatu atau waktu dari seseorang dan juga menyentuh tubuh seseorang.

Pada beberapa kebudayaan, orang yang lebih tua atau lebih tinggi statusnya dianggap tidak perlu meminta izin kepada yang lebih muda atau rendah statusnya namun di zaman yang sangat menjunjung tinggi semangat egaliter ini, budaya tersebut sudah tidak laku lagi karena kesadaran akan persamaan derajat di depan hukum dan penghormatan kepada HAM semakin tinggi.

Ketika saya mengucapakan permisi kepada Wortel, anak saya karena mengangkat kedua kakinya untuk mengganti popoknya di usianya ke 4 bulan, pengasuh Wortel yang masih berusia 18 tahun di hari pertamanya bekerja tersenyum geli memperhatikan saya.
Lalu saya balik bertanya kepadanya menurut dia mengapa saya mengucapkan permisi, dia menggelengkan kepala tapi senyumannya sudah berganti dengan senyuman malu dan ingin tahu.
Saya menjelaskan bahwa bayi pun adalah manusia yang harus dihormati seperti kita semuanya. Ketika kita menyentuh tubuhnya, kita tidak mengetahui apa yang dirasakan karena bayi belum bisa berbicara bahkan belum bisa melihat, maka kita harus minta izin dulu agar dia tidak kaget dan lebih siap ketika disentuh.

Ketika saya meminta dia untuk membayangkan jika dirinya sedang tidur tiba-tiba seseorang mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi dan meraba-raba tubuhnya, apakah di merasa nyaman? Neni, nama pengasuh Wortel tersebut langsung tertawa cekikikan namun dia mengerti kemana arah saya memberi contoh ekstrim tersebut.
Sewaktu masih muda dulu cieee… *sok tua banget ya gw* Saya pernah reflek “menghajar” mantan pacar saya karena menarik tubuh saya dengan cepat dari belakang untuk dipeluk, siku saya seketika bersarang di rusuknya dan dia mengaduh kesakitan. Niatnya mau romantis malah jadi meringis hi hi hi….

Demikian juga jika saya dicium dalam keadaan tidur, saya lebih memilih tangan kekasih saya menyentuh rambut saya atau memijat lembut punggung saya dahulu sebelum “mengeksekusi”, bukan langsung main “selomot” aja *duh, bahasa gw ancur abis!*. Berdasarkan pengalaman juga, tangan saya akan reflek menampar meskipun mata saya masih merem ketika itu terjadi dengan saya. Begini nih, sisa-sisa latihan SAMAPTA di Sepolwan Ciputat selama hampir sebulan dulu sewaktu persiapan menjadi satpam eh awak kabin ding ;)

Jadi kata “permisi” kadang-kadang tidak hanya diucapkan saja tapi bisa dengan menggunakan gesture (bahasa tubuh) seperti mengangguk meminta persetujuan, mengetuk pintu dengan sopan, mengerdipkan mata jika hubungan sudah dekat, menepuk punggung perlahan, mengucapkan “bolehkah” atau “keberatan tidak jika” di awal permintaan dan kadang-kadang membungkuk jika diperlukan.
Pastikan permintaan izin anda disetujui dahulu baru melakukan tindakan yang anda inginkan namun demikian common sense tetap diperlukan juga di setiap situasi dan kondisi.
Anda pasti akan merasa kesal juga jika pasangan anda setiap kali mau menyentuh anda selalu bilang permisi, bayangkan saja jika anda sedang berciuman dengan berbagai gaya tetapi selalu dihentikan dengan ucapan permisi setiap ganti gaya, tidak diragukan lagi hasrat anda akan terbang seketika tanpa pamitan.

Demikian juga dengan petugas polisi yang sedang menjalankan tugas, jika diperlukan tindakan tegas terhadap tersangka kejahatan sepertinya tidak perlu permisi dulu deh ;)

2. Terimakasih : Saya pernah dijemput oleh seorang teman dengan mobil mewahnya untuk makan siang di sebuah restoran hotel ternama di jalan Rasuna Said. Setiba di depan lobby hotel, dia meminta saya untuk tidak membuka pintu mobil dan setelah menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas valet service dia membuka pintu mobilnya untuk saya.
Ketika si petugas valet memberi tiket untuk pengambilan mobil dan meminta izin membawa mobilnya, teman saya itu sama sekali tidak melihat si petugas valet ketika berbicara bahkan sama sekali tidak mengucapkan terimakasih. Dia begitu sibuk melihat bagaimana reaksi saya setelah berterimakasih dibukakan pintu olehnya.

Selama makan siang berdua di bar tepanyaki di restoran hotel tersebut, pikiran saya tidak henti-hentinya merekonstruksi apa yang saya alami ketika di depanlobby hotel tersebut untuk mencari alasan penting mengapa dia tidak mengucapkan terimakasih kepada petugas valet hotel dan saya tidak menemukannya sama sekali!
Demikian juga ketika kami keluar dari restoran, dia tidak membalas ucapan terimakasih dari petugasgreeting restoran di depan pintu masuk, seorang door man dan petugas valet yang sama ketika mengembalikan mobilnya.

Akhirnya di perjalanan kembali menuju kantor, saya tidak tahan menanyakan hal itu. Mengapa dia begitu pelit mengucapkan terimakasih kepada orang lain. Jawabannya membuat saya tersenyum prihatin karena menurut dia, mereka memang melakukan pekerjaan mereka jadi dia tidak perlu berterimakasih.
Saya simpulkan saat itu bahwa teman saya hanya akan mengucapkan terimakasih jika mendapat bantuan dari orang lain dimana bantuan tersebut bukan pekerjaan tetap orang itu.

Memandangi interior mobil mewahnya yang serba digital dan dari kulit asli juga menghirup bau parfum mobil yang mahal, pikiran saya melayang lagi. Seandainya saya menjadi istrinya dan ibu dari anak-anaknya melakukan kewajiban saya sebagai istri dan ibu dengan baik berarti seumur perkawinan kami nanti, saya tidak akan pernah mendapat ucapan terimakasih darinya karena itu memang pekerjaan saya…… ini cukup menggentarkan saya saat itu.

Pikiran saya memang tidak pernah terbukti karena saya tidak pernah menjadi istrinya namun ketika saya keluar dari mobilnya dan mengucapkan terimakasih untuk jamuan makannya siang itu, di dalam hati saya juga berterima kasih bahwa saya ditunjukkan betapa tidak membuminya teman saya ini dan saya pun mengeluarkan dia dari list orang-orang yang menarik dengan kepribadian menyenangkan.
Saya masih sering tersenyum geli jika mengingat bagaimana dia ingin membuka pintu mobil untuk saya tanpa diminta ketika saya bisa mengerjakan itu sendiri dan ketika seharusnya dia mengucapkan terimakasih kepada orang yang membantunya seperti seorang door man dan petugas valet, dia justru merasa tidak perlu berterima kasih.

Seandainya teman saya memperhatikan apa yang membuat saya tersenyum senang siang itu yaitu membalas senyuman petugas valet yang merekah tulus setelah saya mengucapkan terimakasih, dia pasti tahu rahasia mengapa saya mudah tersenyum dan terlihat lebih muda dari usia saya sebenarnya seperti yang pernah ditanyakan olehnya.
Banyak sekali di sekitar kita orang-orang yang merasa kata terimakasih itu tidak perlu dibiasakan bahkan ada yang menganggap kosa kata tersebut tida ada dalam bahasa daerahnya.

Lagi-lagi kita harus mengerti apa sih sebenarnya makna terimakasih itu? Terimakasih adalah suatu bentuk penghargaan terhadap orang lain karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri kita atau orang lain atau bahkan hanya bermanfaat untuk orang yang kita tuju ketika berterima kasih.
Mengucapkan terimakasih harus diucapkan dengan tulus bukan basa-basi jadi tidak sekedar ucapan terimakasih tapi juga harus memberi tahu apa yang membuat seseorang berterima kasih. Nilai terimakasih itu akan semakin tinggi buat si penerima ucapan jika diucapkan dengan menatap mata jika berhadapan.

Kita, seluruh manusia di dunia ini sebenarnya terhubung satu sama lain bahkan jumlah manusia yang milyaran itu hanya membentuk satu fungsi ketika dilihat sebagai bagian dari alam semesta sehingga ketika ada orang lain yang berbuat baik untuk orang lainnya pun kita harus berterimakasih meskipun kita tidak mendapat manfaatnya langsung.
Demikian juga ketika seseorang melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri atau memberi manfaat untuk dirinya sendiri kita juga harus berterima kasih contohnya: ketika anak kita terlihat begitu menikmati makanannya yang porsi dan gizinya cukup, meskipun itu untuk kebaikan dia sendiri kita juga harus berterima kasih kepadanya. Absurd? Tidak juga karena suatu penghargaan untuk suatu kegiatan bermanfaat bagi kebaikan manusia sekecil apapun tetaplah suatu penghargaan!

Tahukah anda reward atau penghargaan baik berupa hadiah maupun hanya ucapan terimakasih yang tulus lebih berhasil memacu orang untuk melakukan kebaikan-kebaikan lainnya dibandingkan dengan hasilpunishment atau hukuman untuk menghentikan satu perbuatan buruk?

3. Maaf : Dari tiga kata sakti yang saya urutkan, kata maaf adalah kata yang paling susah menurut sebagian besar orang. Mengapa? Ada berbagai alasan dari yang merasa lebih baik langsung memperbaiki kesalahan daripada meminta maaf lalu persepsi bahwa minta maaf itu hanya untuk pengecut dan orang kalah hingga merasa posisinya menjadi lebih rendah dan wibawanya berkurang di mata orang jika meminta maaf secara terbuka karena selalu diingat pernah bersalah.

Sadarkah kita bahwa seseorang tidak akan menang jika tidak ada yang kalah? Dengan demikian orang kalah memang diperlukan untuk menggenapkan urusan.
Persiapan mental untuk menjadi orang kalah lebih besar daripada pemenang sehingga orang kalah bisa menjadi pemenang sesungguhnya dalam pertarungan jika mampu menyikapinya dengan sportif dan sebaliknya sang pemenang hanya akan menjadi loncatan untuk si kalah saja jika tidak bisa menunjukkan atau memelihara kemenangannya.
Mungkin saya terlalu panjang berfilsafat karena poin saya sebenarnya adalah menjadi benar atau salah dalam kehidupan itu hanya bumbu untuk menghidupkan sebuah peran dan semua orang pasti pernah menjadi yang salah atau yang benar dalam hidupnya.

Lalu jika semua peran sama sulitnya apa yang membuat kita berbeda?

Dalam seni peran ada yang dikenal dengan improvisasi jadi aktor dibebaskan untuk berimprovisasi ketika berakting selama sesuai dengan peran dalam skenario dan arahan sang sutradara contohnya: ketika seorang aktor harus berperan mandi, dia dibebaskan untuk mandi dengan gaya apa saja misalnya mengguyur air ke atas rambutnya langsung, menyentuh tubuhnya denganspoon sabun perlahan sambil bersenandung atau bermain air dengan kakinya dahulu sebelum merosot untuk berdendam atau mungkin mau terlihat sensual dengan melepas handuk perlahan-lahan sambil berjalan dengan gaya atau mungkin bermain-main dengan ikan peliharaanya di bath tub seperti yang pernah dilakukan oleh Aming dalam film “Quickie Express” dan masih banyak lagi tapi yang pasti setiap aktor profesional ingin aktingnya berbeda dengan yang sebelumnya sehingga selalu dikenang atau membekas di benak penonton dan tentu saja memuaskan sang sutradara.

Demikian juga ketika melakukan kesalahan dalam hidup, jika hanya bersikap tidak terima menjadi pihak yang salah atau gagal semua orang juga bisa “berakting” demikian. Jika tidak mau minta maaf karena merasa tidak penting, itu juga boleh kalau peran anda sebagai anak kecil dan itupun siap dimarahin oleh yang lebih tua karena tidak meminta maaf.
Jadi buatlah peran kita berbeda dengan bersikap satria untuk mengakui klesalahan dan meminta maaf sehingga tindakan yang dilakukan dengan tulus itu akan membekas di ingatan setiap orang dan tentu saja menyenangkan sang Sutradara dari seluruh sutradara di dunia ini.

Meminta maaf sebenarnya tidak cukup hanya ucapan kata maaf, ada tiga langkah yang harus dilakukan jika bersungguh sungguh untuk meminta maaf (bukan lips service) :
1. Meminta maaf dengan menyebut kata maaf dan menatap mata orang yang dirugikan.
2. Menyebutkan alasan mengapa kita melakukan itu dan mengakui itu sengaja atau tidak sengaja.
3. Berjanji tidak akan mengulanginya lagi dengan siapa pun.

Kadang-kadang situasi dan kondisi tidak memungkinkan kita untuk bisa lengkap menjalankan tiga langkah tersebut namun kita bertanggung jawab untuk tetap melengkapinya, minimal orang yang kita mintakan maafnya mengerti kita menyadari kesalahan kita yang mana.
Mengapa meminta maaf itu diperlukan? Sebenarnya meminta maaf itu selain mengakui kesalahan juga untuk mendapat ridha dari orang yang kita rugikan karena Allah swt tidak akan memaafkan kesalahan seseorang jika belum dimaafkan oleh orang yang telah disakiti atau dizhalimi.

Jadi silahkan saja langsung memperbaiki kesalahan tapi hutang kita untuk mendapat ridha dari orang yang kita sakiti akan menggantung sampai kapanpun, jika belum dilunasi dengan meminta maaf langsung.

Meminta maaf itu membutuhkan keberanian karena belum tentu dimaafkan oleh orang yang kita sakiti tapi jika kita sudah melakukannya dan tidak dimaafkan, hutang menjadi berpindah kepada orang yang tidak memafkan kita karena Allah swt tidak ridha kepada hambanya yang bukan pemaaf. Lha wong Allah swt saja maha pengampun, koq kita malah merasa lebih hebat dari Allah swt dengan tidak memaafkan jadi persepsi bahwa meminta maaf itu pengecut dan untuk orang kalah saja menjadi gugur dengan sendirinya.

Posisi kita menjadi lebih rendah dan wibawa akan berkurang karena meminta maaf? Sama sekali tidak! Jika seorang ayah meminta maaf kepada anaknya maka si anak akan semakin hormat kepada ayahnya bahkan akan mencontoh jiwa besar ayahnya dalam bersikap.

Demikian juga jika orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi tapi berani mengakui kesalahan & meminta maaf kepada orang yang lebih rendah kedudukannya dalam organisasi dapat dipastikan penghormatan orang yang dimintakan maaf dan seluruh anggota organisasi akan bertambah. Kontras jika orang tersebut tidak meminta maaf setelah melakukan kesalahan, seluruh anggota organisasi akan mengenangnya sebagai pribadi yang egois, tidak beretika, tidak layak menjadi pemimpin karena tidak memiliki jiwa kepemimpinan bahkan paling jelek menjadi bahan cibiran di belakang punggungnya.

Anda sudah mengenal ketiga kata tersebut bukan? Jika sudah menjadi kebiasaan anda sebelum membaca tulisan ini, perhatikan apakah pengaruhnya memang sedahsyat yang saya katakan dengan membandingkan jika tidak menggunakan tiga kata sakti tersebut dalam berinteraksi.
Jika belum membiasakan diri, cobalah menggunakan. Menurut saya jika pernah menggunakan namun masih memilih-milih subyeknya, itu berarti anda masih belum terbiasa. Percayalah, anda sudah merasakan pengaruhnya diminggu pertama penggunaan kata-kata tersebut.
Mari menyenangkan orang lain sebagaimana kita ingin disenangkan.
Selamat membiasakan diri, kawan ;)

0 comments:

Post a Comment